Apoteker Muda

Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) bersama dengan organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) resmi mengumumkan pelaksanaan Ujian Kompetensi Apoteker dilaksanakan pada 26-27 September 2020, bertepatan dengan hari Sabtu dan Minggu.

Hari ini, Jum’at, 09 Oktober 2020 kedua organisasi tersebut resmi mengeluarkan hasil kelulusan dari seluruh peserta UKAI CBT periode VIII

Selamat untuk teman-teman sejawat baru seluruh Indonesia dengan gelar baru sebagai Apoteker Muda. Semoga dengan gelar baru berkah dan bermanfaat untuk ummat manusia. Selamat menunggu disumpah secara agama dan dilantik secara hukum. Siap mengabdi untuk masyarakat.

Best regards,

Apt. Dea Hany Pratiwi, S.Farm.

Pandemi COVID-19 dan Nasib Mahasiswa Apoteker se-Indonesia

Assalamu’alaikum,

Baru come back dengan judul yang lumayan panjang dan kondisi yang beda banget dari bulan-bulan sebelumnya, yes, sejak awal tahun 2020 dunia lagi digemparkan dengan adanya wabah yang diberi nama corona virus disease 2019 atau yang biasa kita kenal covid-19. Bukan kopit ya, guys. Kalo kopit itu yang suka diminum.

Sekarang kita bahas dulu ya gimana awal covid-19 ini terjadi. Menurut jurnal yang aku baca, bulan Desember 2019 terjadi kasus pneumonia misterius yang berasal dari kota Wuhan, China. Awalnya nama penyakit ini dinamakan “2019-nCoV”, kemudian per Februari 2020 WHO menamakan virus ini sebagai “covid-19” yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome atau SARS-CoV-2. WHO Indonesia bilang, gejala-gejala umum seseorang terinfeksi covid-19 adalah demam tinggi, batuk kering, dan mudah lelah. Beberapa pasien mungkin mengalami influenza, hidung tersumbat dan sakit tenggorokan. Penularan covid-19 ini bisa menyebar dari orang ke orang melalui percikan droplet/lendir dari hidung atau mulut yang keluar dari orang terjangkit covid-19, dimana percikan ini jatuh ke benda-benda atau permukaan-permukaan sekitarnya. Apabila orang lain menyentuh benda-benda yang “diduga” ada virus itu dan orang itu menyentuh bagian mata, mulut dan hidung, maka kemungkinan tertularnya sangat besar. Karena penyebarannya sangat cepat dan sangat luas di China dan negara-negara lainnya, termasuk Indonesia, WHO memutuskan kejadian covid-19 sebagai pandemik. Menurut artikel ini, pandemik adalah wabah penyakit yang terjadi di seluruh dunia. Dengan kata lain, penyakit ini sudah menjadi masalah bersama warga dunia. Kalau kalian mau lebih lanjut kenalan sama si virus dari segi virologi, epidemiologi, transmisi virus, patogenesis, dan lain-lainnya tapi mager buat googling, kalian bisa baca di jurnal covid-19 aja yah, tinggal klik linknya. Tetep harus kudu dari sumber yang jelas dan terpercaya. Anti hoax hoax club.

Kasus Covid-19 pertama di Indonesia dilaporkan terjadi pada awal bulan Maret 2020 terdapat dua kasus. Sekarang akhir bulan April, menurut sumber website Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kasus pasien positif covid-19 sebanyak 8.607 orang, pasien sembuh dari covid-19 sebanyak 1.042 orang, dan pasien meninggal sebanyak 720 orang. Sedih ya? Iya, banget. Selama pandemi, pemerintah Indonesia udah berupaya sebaik-baiknya, melakukan beberapa pencegahan dalam skala nasional untuk mengurangi penyebaran virus. Seperti yang kita liat sekarang, ada pengecekan suhu dengan thermo scanner di perkantoran yang masih aktif, supermarket, bandara, pelabuhan, terminal, dan tempat umum lainnya. Kota-kota dan daerah-daerah di Indonesia yang melakukan lockdown mandiri di bawah kepala daerah masing-masing, campaign tentang pentingnya self-quarantine dengan mengganti kegiatan sehari-hari di dalam rumah (work from home), campaign tentang pentingnya cuci tangan setiap hari, memakai masker kain, tidak bersentuhan/bersalaman dengan orang lain, menjaga jarak dengan orang lain (social distancing), dan akhirnya penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di kota-kota red zone covid-19 pertama kali di Jakarta. Kemudian disusul penerapan PSBB di kota bodetabek, dan kota-kota besar lain yang diberikan izin dari Kemenkes untuk menerapkan PSBB.

Di Indonesia, penyebaran penyakit ini berdampak luas nggak hanya dari sosial dan ekonomi, tapi juga pendidikan, pariwisata, bisnis, perdagangan, dan masih banyak lagi. Kita bicara dampak di dunia pendidikan, ya. Sekolah-sekolah/kampus-kampus diliburkan diganti dengan belajar di rumah menggunakan tatap muka virtual (video call), Ujian Nasional (UN) tingkat SD/SMP/SMA dibatalkan, semua kegiatan sekolah yang dilakukan di luar rumah ditiadakan, mahasiswa tingkat akhir yang sedang penelitian harus ditunda sementara. Kalau bahas dampak coronavirus dari segi ekonomi, pasti banyak banget. Banyak masyarakat Indonesia yang nggak semuanya kerja di perkantoran, masyarakat berpenghasilan harian yang menuntut untuk selalu keluar rumah setiap hari, restoran/mall/public place lainnya harus ditutup dan berujung sepi. Nggak ada penghasilan. Nggak ada pemasukan. Sementara tanggungan hidup banyak, banget.

Aku, sebagai mahasiswa aktif tahun ajaran 2019/2020 semester kedua pendidikan pasca sarjana profesi apoteker. Dimana kegiatanku di semester ini dijadwalkan dengan banyak kegiatan praktik kerja atau PKPA (Praktik Kerja Profesi Apoteker) di berbagai Industri Farmasi, Apotek/Rumah Sakit, Instansi Pemerintahan, dan perusahaan Pedagang Besar Farmasi (PBF). Setelah melakukan PKPA, aku juga disibukkan dengan banyak ujian. Ujian Komprehensif, Tugas Terpadu, dan ujian tryout internal maupun eksternal untuk persiapan ujian UKAI-CBT (Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia-Computer Based Test) dan OSCE (Objective Structured Clinical Examination) apoteker yang akan dilaksanakan bulan Juli 2020. Kegiatan-kegiatan itu sangat penting buat semua mahasiswa apoteker karena menyangkut kemampuan kinerja profesi di dunia kerja. Bagaimana kita bisa menggali pengalaman peran, tanggung jawab dan pengetahuan di lingkungan pekerjaan seorang apoteker. Juga sebagai bekal untuk mencari pekerjaan nantinya. Jadi, masa PKPA ini buat aku sangat penting. Awal Februari aku sempat kebagian masa PKPA di suatu Industri Farmasi di Cianjur selama 2 bulan, di jadwal berakhir bulan Maret. Alhamdulillah berjalan sebagaimana mestinya. Setelah di industri, aku harus PKPA di apotek dan instansi pemerintahan masing-masing selama satu bulan. Tapi… Kemudian.. Semua berubah.. Karena coronavirus mewabah di Indonesia.

Karena coronavirus, masa PKPA-ku di apotek dan instansi pemerintahan dibatalkan diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Karena coronavirustryout eksternal untuk persiapan UKAI dari IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) dibatalkan. Karena coronavirus, bahkan, ujian UKAI-CBT dan OSCE bulan Juli jadi mundur waktu sampai nggak tau kapan.

IMG-20200419-WA0000
Surat edaran resmi IAI tentang pengunduran jadwal UKAI (CBT & OSCE) Juli 2020

Masih terpikir sampai sekarang, gimana mahasiswa apoteker bisa dapat pengalaman cukup tanpa terjun langsung/real practice di tempat kerja yang notabene sebagai bekal buat mencari pekerjaan berdasarkan pengalaman PKPA. Bagaimana mahasiswa apoteker bisa menyusul ketertinggalan untuk mempersiapkan ujian-ujian tanpa persiapan yang matang. Dan pertanyaan besar dalam otakku, apakah program profesi apoteker tahun ini masih bisa berjalan dalam waktu satu tahun atau bahkan lebih lama karena pandemi covid-19 belum selesai?

Aku nggak tau jawabannya. Mungkin bukan cuma aku yang nggak tau, warga dunia pun mungkin sama nggak tau-nya kayak aku kapan pandemi covid-19 ini berakhir. Banyak -prediksi-prediksi para peneliti tentang berakhirnya pandemi covid-19 di internet, TAPI kalau warga dunia tetap nggak aware atau nggak nurut sama aturan-aturan untuk mencegah penyebaran, pandemi ini nggak akan selesai dalam waktu jangka pendek.

Kalau misalnya pandemi ini mau cepat selesai, masyarakat Indonesia bersama warga dunia, warga bumi lainnya, mari sama-sama untuk taat peraturan. Menerapkan social distancing, lockdown mandiri, cuci tangan dengan sabun, tidak menyentuh bagian mata, hidung dan mulut, memakai masker kain, tidak membuat perkumpulan di luar rumah, memakai hand sanitizer, semprot barang-barang di rumah dengan desinfektan, menjaga kesehatan diri dan orang-orang terdekat, juga berdoa meminta kepada Nya agar selalu diberi kesehatan dan semoga Allah segera hilangkan pandemi ini dari bumi Nya. Nggak hanya peran pemerintah dan petugas medis, tetapi kita semua punya peran penting dengan taat tinggal di rumah. Kita bisa berperan sebagai pahlawan untuk mengurangi penyebaran virus. Sebisa mungkin untuk melakukan kegiatan di rumah. Dan, menyisihkan sebagian rezeki kita untuk membantu masyarakat lain yang membutuhkan. Yuk, bersama kita lawan pandemi covid-19!

Selesai juga bahas sedikit tentang coronavirus dan cerita-cerita yang aku alami sekarang. Nggak terasa juga udah satu bulan aku melakukan self-quarantine di rumah. Semoga kita semua dilindungi dari marabahaya dunia yang semakin jahat, terutama adanya coronavirus yang mengakibatkan lebih dari seribu orang meninggal di seluruh dunia, lebih dari seribu orang sedang melawan sakit karena virus ini. Semoga pandemi ini bisa segera selesai. Aamiin.

Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca blog ini, semoga dari tulisan kecil ku ini yang nggak seberapa bisa membuka pikiran kalian untuk bisa berperan mencegah penyebaran covid-19.

Wassalamu’alaikum,

Dea

Brown algae from Banten city

Assalamu’alaikum,

Post kali ini pengen curhat sedikit seputar penelitian ku yang lagi berjalan. Ceritanya penelitian ku ini pake bahan alam salah satunya tanaman laut. Yaitu rumput laut coklat. Tanaman ini bisa diambil dari daerah Banten, Garut, Kepulauan Seribu (jarang dan perlu survey lebih lanjut) dan Gunung Kidul Jogja. Dosbing sih rekomennya ke Banten karena disana jarang yang ambil, selain itu nggak jauh banget lokasinya dari Jakarta. Kalau ke Kepulauan Seribu juga deket sih, perlu survey juga kesana dengan transportasi kapal yang butuh biaya lebih banyak daripada ke Banten dan pun belum tentu ada juga bahan yang dicari. Maka fix aku ambil ke Banten.

Tapi sebelumnya kenalan dulu ya sama rumput laut coklat ini wkwkwk tak kenal maka tak sayang uhuy

Menurut hasil penelitian dari jurnal ilmu perikanan OCTOPUS, rumput laut adalah bentuk ganggang (alga) yang berbentuk poliseluler dan hidup di laut. Dan rumput laut coklat (Phaeophyta) ini jenisnya banyak, ada Turbinaria sp., Sargassum sp., Padina sp., Fucus sp., Hormophyta sp., Palmaria sp. Dan aku pilih jenis Sargassum sp. karena penyebarannya di pantai-pantai pulau jawa lebih banyak dan punya spesies lebih beragam daripada jenis lainnya. Rumput laut coklat biasanya hidup di kedalaman 0.5-10 meter ada arus ombak dan batu karang, jadi ngambilnya perlu keahlian dan alat-alat pengaman karena cukup dalem tumbuhnya. Alga coklat bentuknya itu seperti benang, berupa tumbuhan bercabang, bertangkai pendek dan bertalus lebar atau kecil. Penampakannya seperti ini

screenshot_2019-02-06-15-04-04-1-1493549281.png

Gambar rumput laut coklat Sargassum sp. dari jurnal diatas
20181215_101619-2017369207.jpg
Penampakan rumput laut coklat yang diambil dari Banten

Kalau gambarnya diperbesar, dibagian batang dari rumput laut ada bulet-bulet itu namanya Bladder. Menurut jurnal diatas, bladder fungsinya buat menopang cabang-cabang thalus terapung ke arah permukaan air biar dapet cahaya matahari yang cukup. Segitu aja ya kenalannya, nanti kalo dilanjutin jadi 2 sks bahas rumput laut aja ehehe😅

Balik lagi soal ngambil tanaman ke Banten. Tanggal 15 desember 2018 survey bareng 2 teman ke daerah Pantai Carita, desa Cilurah, kabupaten Pandeglang, Banten. Ketemu bapak dan ibu nelayan yang sudah dihubungi sebelumnya untuk bertemu, rumah beliau bener-bener dipinggir pantai deket jalan utama ke pantai carita dan mudah banget cari rumahnya karna lokasinya emang strategis. Waktu dateng kesana, berhubung masih bulan penghujan, sampe sana ujan ujanan liat rumput laut yang udah diambil hari sebelumnya dan udah gitu ombaknya lagi pasang, gede banget ombaknya, mendung gelap hujan banyak petir lengkap banget dah. Beneran tapi ga bohong. Pengennya sih ya, 2 atau 3 hari setelah kita survey kesana, nelayannya bisa ambil rumput laut lagi yang lebih fresh dan langsung kita ambil. Tapi apa daya, 5 hari setelah kita survey (20 desember 2018), masih sering hujan dan ombak masih kondisi pasang tinggi sehingga nggak memungkinkan nyelem ngambil rumput laut dengan kondisi kayak gitu.

Qadarullah, tanggal 22 desember 2018. Terjadi tsunami selat sunda karena aktifitas gunung anak krakatau yang terjadi di banten dan lampung selatan. Setelah dapet kabar itu langsung kepikiran ibu dan bapak nelayan yang kami sempet temui. Alhamdulillah beliau selamat. Tapi rumput laut ku alih alih gak selamat. Kalo menurut wikipedia baru aja diakses, sedikitnya 426 orang tewas dan 7.202 terluka dan 23 orang hilang akibat peristiwa ini. Menurut BMKG, tsunami disebabkan pasang tinggi dan longsor bawah laut karena letusan gunung tersebut. Video erupsi gunung krakatau tanggal 24 desember 2018 bisa dilihat disini

20181215_104224810607802.jpg

Foto pantai carita, diambil pada saat survey. Sebelum tsunami selat sunda

Ibu dan bapak nelayan juga cerita, rumah-rumah disana rusak parah, banyak kehilangan anggota keluarga, harta benda, dan lain sebagainya.

Terus aku dan 2 teman ku makin bingung dan sedih musibah ini terjadi karena berhubungan juga sama kelanjutan bahan skripsian.

Masih dalam keadaan bingung, konsul ke dosbing dan menurut beliau ditunggu saja sampai pertengahan januari insyaallah mungkin bisa pulih lagi kondisinya. Padahal rencananya pengen banget cepet dapet rumput lautnya biar bisa diproses lebih lanjut sampai jadi bentuk serbuk karna butuh waktu lama. Tapi semua ini terjadi karna takdir Allah, nggak ada manusia yang mau musibah dateng pada saat gak terduga. Cuma bisa berbaik sangka dan do’a banyak insyaallah ada pelangi setelah hujan petir. Selama nunggu kabar dari akhir tahun 2018 sampai pertengahan januari diisi sama UASemester dan nyiapin buat sidang proposal. Setelah kelar semua sampai sidang, kontak lagi nelayannya disana bilang kalau mereka masih dalam tahap trauma healing, masih ada jarak aman dari pantai yang dibuat pemerintah setempat, dan kemungkinan bisa melaut setelah imlek. Jadi, waktu pertengahan januari yang diharap harapkan bisa ambil sampel ternyata harus menunda lagi.

Sedih rasanya, setelah sidang proposal tanggal 15 januari 2019 pengennya cepet bisa kerjain bahan utama, ternyata belum bisa juga. Hikshiks. Ya suda lah ngurus yang lain aja kan, kayak ngurus peminjaman laboratorium dan alat-alatnya, mengurus bahan-bahan lain yang diperluin. Sampai setelah imlek, kontak lagi nelayannya, beliau bilang gunung krakatau masih ada aktifitas, belum tau sih bener atau nggak belum dapet info resmi dari BMKG, selain itu, nelayannya masih takut nyelem ke laut, juga katanya di pantai masih banyak pasir pasir hasil erupsi gunung krakatau. Makin sedih.

Konsul ke dosbing. Berhubung udah mau pertengahan februari, hampir sebulan setelah sidang proposal belum kerjain bahan utamanya, padahal prosesnya sampai jadi bentuk serbuk itu butuh waktu lama. Hikshiksss. Jadinya, mau tidak mau, harus mengambil bahan ditempat lain yaitu di Garut. Tepatnya di Pantai cicalobak, Desa Karangwangi, Kecamatan Mekarmukti. Kalau disana sebenernya tinggal pesen aja mau rumput laut seperti apa jenisnya, bisa kirim gambar, TAPI kurangnya harus mengocek biaya lebih besar untuk biaya pengiriman dan biaya “akomodasi” nelayan di Garut daripada ngambil sendiri di Banten selain itu aku nggak bisa lihat langsung proses pengambilan rumput laut dan ingin kesana tapi jauh jadinya pesen aja. Huhu ya sudah lah ya….

Semoga kondisi di Banten dan Lampung Selatan makin membaik hari demi hari. Bapak dan ibu nelayan bisa ambil rumput laut lagi untuk menghidupi kesehariannya dan trauma mereka semua berkurang seiring berjalannya waktu. Dan semoga aktifitas gunung anak krakatau selanjutnya nggak menyebabkan bencana yang lebih parah.

Begitu lah pengalaman first time penelitian ku. Kayak, baru pertama aja kepikirannya setengah mati atau diri ini yang terlalu baperan yak? WKWKWK. Sebel banget sih lagian planningnya bisa kerjain bahan lebih awal tapi tanpa diduga-duga musibah datang begitu aja planningnya jadi buyar. Tapi harapannya insyaallah bisa selesai targetnya bulan juni. Harus selesai. Semangat!

Wassalamu’alaikum,

Dea